Melalui Teaching Mobility Erasmus+, Dosen FH UMM Mengajar di Portugal

Kamis, 31 Oktober 2024 10:18 WIB

Malang (31/10) - UMM dan Erasmus+ telah menjalin kemitraan sejak lama. Kini, di tahun 2024, UMM telah memiliki 17 kampus mitra di Eropa yang tergabung dalam Erasmus+. Salah satu kampus tersebut adalah Universidade do Minho, Portugal. Kampus yang berlokasi di Braga dan Guimares tersebut, secara rutin mengirim dan menerima mahasiswa, staf serta dosen dari dan ke UMM. Pada tahun 2024, giliran Dr. Sholahuddin Al-Fatih, SH., MH., yang terpilih untuk melaksanakan teaching mobility di UMinho, begitu akronim kampus negeri ternama di Portugal itu.

Fatih, begitu Dr. Sholahuddin Al-Fatih biasa disapa, telah mengikuti seleksi sejak tahun 2023 silam. Serangkaian tahapan ia ikuti, mulai dari seleksi dokumen hingga wawancara. Fatih sejatinya tidak lolos, karena hanya menduduki peringkat 2. Namun, takdir Allah yang membawanya ke Portugal. Dimana pada akhirnya di awal tahun 2024, tepatnya di bulan Februari 2024, Fatih menerima LoA dari UMinho sebagai penerima grant Erasmus+ untuk skema teaching mobility. Usut punya usut, peringkat pertama mengundurkan diri karena alasan kesehatan dan keluarga.

Selang menunggu beberapa bulan, pada medio Mei 2024, surat pemberitahuan dari UMinho datang. Mereka menawarkan jadwal teaching mobility di tanggal 14-18 Oktober 2024. Tanpa banyak pertimbangan, Fatih mengiyakan. Berangkatlah Fatih seorang diri ke Portugal, yang mana perjalanan panjang itu dimulai sejak tanggal 12 Oktober, 2 hari sebelum agenda teaching mobility dilaksanakan.

UMinho dan Portugal adalah kota yang cukup nyaman untuk belajar. Lokasi kampus Braga, sebagai tempat Fakultas Hukum berada, sepanjang Fatih melaksanakan agenda disana, cukup sejuk dengan suhu harian rata-rata 14-15 derajat celcius. Agak mirip dengan suhu di Kota Malang yang dingin. Selama 5 hari di UMinho, pria asal Gresik yang menekuni bidang Hukum Tata Negara tersebut belajar banyak hal.

"Ada banyak ilmu di luar kelas yang saya dapat dari program ini, misalnya semua mobil di Portugal sini tidak memakai kaca film, jadi tidak gelap seperti di Indonesia. Artinya siapa saja bisa melihat, saling lihat di luar dan dalam mobil. Kedua, pengendara kendaraan walau ngebut, mereka sangat menghormati pejalan kaki. Apabila dari jauh kelihatan ada yang mau menyeberang, mereka pasti berhenti. Mempersilahkan pejalan kaki menyeberang. Tanpa perlu tombol bangjo. Ketiga, orang Eropa, termasuk Portugal, pada umumnya angat apresiatif. Capaian kecil saja dihargai, apalagi itu dalam proses pembelajaran, misal di kelas saat kuliah. Beda sekali dengan di Indonesia ya." Ungkap Fatih sambil tersenyum tipis

Fatih menambahkan, meskipun banyak perbedaan, namun tetap ditemui persamaan, terutama dalam lingkup hukum. Sebab Portugal dan Indonesia sama-sama mengkodifikasikan hukum mereka. Aturan dibuat tertulis. Konstitusi Indonesia dan Portugal sama sama tertulis. Berbeda dengan negara lain di Eropa seperti Inggris, dimana konstitusi nya tidak tertulis.

Selain mengajar dan memperkenalkan Indonesia kepada UMinho, Fatih disana juga belajar bahasa Portuguese (red.Portugis) secara singkat, mempelajari strategi komunikasi dan branding ala UMinho melalui program "Sou UMinho" atau "Saya UMinho." Tak hanya itu saja, Fatih juga berkesempatan melakukan city tour ke Rektorat UMinho di city central Braga. City Central Braga merupakan kawasan bersejarah dimana banyak dibangun gereja dan benteng peninggalan masa lalu.

"Semoga kerjasama UMM dengan Erasmus+ terus berjalan, sehingga lebih banyak kesempatan bagi mahasiswa, staf dan dosen untuk belajar dan mengajar di luar negeri. Terima kasih kepada UMM yang telah menjalin kerjasama ini, dan tentu kepada Erasmus+ yang telah memberi grant. Terkhusus kepada Kepala IRO UMM, bu Dr. Listiari dan mas Dimas, staf IRO UMM, maturnuwun sanget." Pungkas Fatih (saf/hum).

Shared: